Dec 21, 2010

Cinta tumbuh dari Otak, bukan dari Hati

Peneliti dari Syracuse University, Profesor Stephanie Ortigue,
menemukan, ada 12 area di otak yang bekerja saat seseorang jatuh cinta.
Kedua belas area itu menghasilkan bahan kimia, seperti dopamine,
oxytocin, adrenalin, dan vasopression, yang berujung pada euforia. Rasa
cinta juga memengaruhi fungsi psikologis, metafora, dan penilaian
fisik.

Attached Image: 1322565620X310.jpg


Jadi, cinta itu berasal dari hati atau otak? "Pertanyaan yang selalu
sulit dijawab. Saya berpendapat, asalnya dari otak," kata Ortigue.

"Contohnya, suatu proses di otak kita bisa menstimulasi hati. Beberapa
perasaan dalam hati kita sebetulnya merupakan gejala atas proses yang
terjadi di otak."

Penelitian lain menunjukkan, peningkatan jumlah darah dalam faktor
penumbuh untuk saraf yang memegang peranan penting dalam cara orang
bersosialisasi.

Hal ini menghadirkan fenomena yang disebut dengan "cinta pada
pandangan pertama". Hal ini dikonfirmasi dengan temuan Ortigue yang
menunjukkan bahwa cinta bisa hadir dalam waktu seperlima detik.

Ortigue menjelaskan, dengan memahami cara orang jatuh cinta dan putus
cinta, para peneliti bisa mengembangkan terapi baru. "Kita bisa
mengerti penyakit putus cinta," kata Ortigue.

Studi Ortigue juga mendapati ada bagian otak yang berbeda untuk tipe
cinta yang berbeda. Cinta tanpa syarat, contohnya cinta seorang ibu
terhadap anaknya, dipicu oleh aktivitas otak di bagian umum dan di
tempat yang berbeda-beda, termasuk otak tengah.

Cinta yang bergairah antar-kekasih melibatkan area kognitif, bagian yang mengharapkan imbalan, dan penilaian fisik.

No comments:

Share My Blog on your Tweet